WhatsApp Facebook Google+ Twitter BBM

KITA MASIH DI TENGAH “BADAI” 

Metronewsntt.com 18-07-2021 || 07:00:22

Vinsens Al Hayon

(Catatan Reflektif)

 

Metronewsntt.com. BÀDAI itu Covid-19, yang terus berhembus kencang dan dasyat menerpa. Bahkan dengan varian baru virusnya melanda ke man a-mana. Fakta mencatat, bahwa bahayanya sama, merenggut jiwa dan raga. Tidak tau dari mana datangnya dan ke mana perginya. 


Ia penyerang tanpa wajah sehingga siapa yang diterpa dan tidak kuat bertahan, pasti terpapar bahkan dapat dengan segera terbujur kaku. Bagi yang setengah kuat, masih tersisa separuh nyawah lalu berdaya-upaya untuk tetap hidup. 


Kunjunganya akhir-akhir ini di tanah air menjadikan penanggung jawab tanah air memberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang mencapai hampir tiga minggu. Tujuannya lain tidak untuk menyelamatkan warga masyarakat dan memutus mata rantai penyebaran virus maut itu. 


Sekarang kita masih di tengah badai, badai covid-19. Upaya dan berbagai cara diterapkan mulai dari mewajibkan taat prokes 5 M (Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilisasi ke luar rumah, hanya jika perlu) sampai dengan vaksin. Seluruh bidang tugas vertikal dan horisontal bahu membahu bersama pemerintah merealisasikian vaksinasi. Semua sedang berjalan di tengah badai -di masa pendemi Covid-19.


Benarlah, kita semua siapapun dia sedang di “badai yang sama. Tetapi tidak di kapal yang sama,” pernyataan itu serupa judul tulisan yang dikirim sahabat di Wa grup. Kenapa? Karena ada yang masih ke luar rumah bekerja mencari nafkah untuk kebutuhan hidup, dan kita tidak bisa marah. Kita juga tidak bisa iri kepada mereka yang bisa Stay At Home dengan nyaman karena perjuangan setiap orang dan setiap keluarga di masa pandemi Covid-19 ini tidaklah sama. Pada titik ini, sadarlah kita bahwa ada yang diberi berkecukupan secara materi sehingga nyaman stay di rumah saja.


Situasi dan kondisi serba mendua. Tidak teriak minta tolong, maka bersiaplah untuk tercebur ke dasar samudera akibat badai itu. Jika teriak minta tolong, kepada siapa? Jangan panik wahai saudara-ri yang beriman dan beragama, pastikan Allah di dalam kapal kita masing-masing dan Dialah yang memegang kendali atas kapal kita. Datanglah kepadaNya dan percaya sungguh untuk meminta dan Ia akan menjawabmu. Inilah langkah pertama dan utama, yang terkoridor dalam topik, “Kuat IMAN.”


Fakta badai Covid-19 telah menjadi gugatan totalitas semua manusia di seantero jagat untuk membuat pilihan 

dan keputusan hakiki tentang relasinya dengan Allah. Bagi yang mengakui Yesus adalah Allah pun digugat untuk menyatakan seperti apa dan seberapa IMAN percayanya kepada Yesus Allah. 


Langkah berikut, jaga IMUN. Tetaplah semangat dan berpikir positif menjalani hidup yang dianugerahkan Allah. Jaga kesehatan dengan konsumsi makanan sehat, konsumsi vitamin dan jangan lupa berjemur matahari. Terimalah cahaya dari mahacahaya yang telah memijari matahari untuk kesegaran raga dan untuk menghidupi tubuh. Lebih berhati-hati bahkan ekstra hati-hati bagi yang punya penyakit bawaan (komorbid). Hindari baca/tonton berita-berita yang negatif yang dapat menurunkan imunitas.


Titik AMAN. Point ini masih dalam proses. Karena itu sangat dianjurkan agar jika hendak aman, taatlah pada prokes, 5M, bersiap untuk vaksin dan dengarkan secara serius titah pihak yang berkompten berkaitan dengan Covid-19 dan patuhi secara serius kewajiban PPKM.Tumbuhkan keyakinan bahwa, “badai pasti berlalu.”


Ingat kesaksian ini, tatkala dalam badai yang siap merenggut nyawah, semua yang menumpang di kapal berteriak minta tolong kepada Yesus Allah yang turut serta dalam kapal itu. “Tuhan, tolonglah, kita binasa.Kita akan binasa oleh badai,” (demikian kisah Kitab Mat 8:23-27).


Kisah lanjut, Yesus Allah peduli kepada teriakan minta tolong itu, juga peduli kepada kapal yang mereka tumpangi. “Ia bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu; “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Mereka kemudian terus melanjutkan pelayaran mereka. Perahu dan seluruh penumpang telah diselamatkan.


Nilai aplikatif kisah itu bagi kita adalah “badai pasti berlalu,” jika kita DATANG padaNYA dan MEMINTA dalam PERCAYA. ***

 

 


Baca juga :

Related Post